Yogya Terhempas Dalam Puisinya

Category: By Borneo Stone

Yogya Terhempas Dalam Puisinya

Karya : Zulhamdani, AS


Jemari-Nya mencelup di laut

Melentikkan ke dasar bumi

Yang termenung melihat manusia

berwajah setengah putih,

setengah hitam

Matahari meninggalkan tubuhnya

di ujung cakrawala pagi

Keheningan, seketika hingar bingar

Malaikat pencabut nyawa bernyanyi

dalam nada – nada datar

Menari dengan cahaya di tangan

Tsunami menjemput ruh – ruh orang Aceh

dalam senandung gempa

Ruh – ruh orang Yogya dan Jawa Tengah

saat fajar membuka rok-nya

di atas bumi

Melenggang di atas gunung merapi

Berguling – guling di kaki gunung

Melompat – lompat di atas genting

Keraton Yogyakarta yang rapuh

Bercanda di tanah Mataram

dengan kaki terbuka dan luka

Kematian tidak dapat ditangkis

dengan teknologi manusia

Takdir tidak mau bermain dengan waktu

Waktu mengejar waktu, dikejar waktu

Hari ini bukan lusa esok

Yogya dulu tersimpan dalam museum imajinasi

Alun – alun utara dan selatan dibasahi air mata kenangan

Parangtritis dan Samas terdiam sejenak,

Ketika urat – urat gempa menggelitik dan meludahinya

Para dalang tidak lagi memainkan wayangnya

Semua wayang kabur,

nempel di tembok – tembok benteng keraton

Menjadi bayangan masa lalu

Menjadi sejarah tak tertulis

Menjadi ruh – ruh setia para abdi dalam

Menjadi dalang yang membisu,

duduk bersila di atas pojokan benteng

lalu berkata :

“Aku adalah dalang yang palsu,

membawakan lakon – lakon yang palsu.

Hingga gempa menukar kejayaan dengan keruntuhan.

Akulah sang palsu itu. Yang mendatangkan kemurkaan-Nya.”

Balikpapan, 14 Juni 2006



 

0 comments so far.

Something to say?

IP